News  

Lapas Narkotika Kelas IIA Bandung Gandeng Peneliti RC3ID UNPAD & Stanford University Dalam Giat Active Tuberculosis Case Finding

BIGNEWS.ID – Dalam upaya meningkatkan kesehatan warga binaan pemasyarakatan khususnya pencegahan dan penganan penyakit tubercolosis, Lapas Narkotika Kelas IIA Bandung menggandeng peneliti dari Research Center for Control of Infectious Diseases (RC3ID) Universitas Padjadjaran (UNPAD) bekerja sama dengan Stanford University, California, USA, dalam kegiatan “Active Tuberculosis Case Finding” di Lembaga Pemasyarakatan, Selasa (04/06).

Tujuan utama dari program ini adalah untuk mendeteksi kasus tuberkulosis (TB) secara aktif di kalangan warga binaan pemasyarakatan, guna mengidentifikasi dan mengobati penderita TB sedini mungkin, serta mencegah penyebaran penyakit menular ini di lingkungan Lapas yang memiliki risiko tinggi terhadap penyebaran TB.

Tim Peneliti dari RC3ID UNPAD, menjelaskan bahwa metode pencarian kasus aktif ini dilakukan melalui serangkaian pemeriksaan kesehatan yang komprehensif.

“Kami melakukan skrining terhadap seluruh warga binaan dengan menggunakan tes dahak serta memberikan penyuluhan mengenai gejala dan pencegahan TB,” ujarnya.

Kegiatan ini mendapat sambutan positif dari pihak Lapas Narkotika Kelas IIA Bandung. Kepala Lapas, Gumilar Budirahayu, menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada tim peneliti.

“Kami sangat berterima kasih atas perhatian dan bantuan dari RC3ID UNPAD dan Stanford University. Kesehatan warga binaan adalah prioritas kami, dan kegiatan seperti ini sangat membantu dalam menjaga kesehatan mereka,” ungkapnya.

Warga binaan yang mengikuti pemeriksaan juga merasa terbantu dengan adanya kegiatan ini. “Saya jadi lebih paham tentang TB dan cara mencegahnya. Semoga kegiatan seperti ini bisa sering dilakukan,” ujar salah satu warga binaan yang tidak ingin disebutkan namanya.

Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan pemahaman warga binaan tentang TB, serta mendorong mereka untuk lebih peduli terhadap kesehatan diri sendiri dan lingkungan sekitarnya. Hasil dari penelitian ini akan menjadi dasar untuk pengembangan kebijakan kesehatan yang lebih efektif di Lapas Narkotika Kelas IIA Bandung dan di Indonesia pada umumnya.

(Red)