Guna Tingkatkan Kapasitas, Petugas Lapas Besi Ikuti Pelatihan Penguatan Perspektif Korban Terorisme

BIGNEWS.ID – Dalam rangka peningkatan kompetensi bagi Petugas Pemasyarakatan dalam hal pembinaan kepada Narapidana kasus terorisme, Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Besi Nusakambangan mengirimkan perwakilan Pegawai untuk mengikuti Pelatihan Penguatan Perspektif Korban Terorisme.

Kegiatan pelatihan ini terselenggara oleh Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjenpas) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) yang berkerja sama dengan Aliansi Indonesia Damai atau AIDA di Hotel Santika BSD City Serpong pada 25-26 Oktober.

Kerjasama Ditjenpas dengan AIDA dilaksanakan untuk memperkuat perspektif korban terorisme di kalangan Petugas Lapas khususnya dalam hal penanganan WBP terorisme. Serta memperkaya ilmu dan pemahaman terkait terorisme dan dampaknya bagi kalangan Petugas Lapas dengan materi-materi yang dibutuhkan dalam menangani WBP terorisme.

AIDA memandang Lapas merupakan area strategis dalam upaya kampanye damai di Indonesia, karena menjadi pusat berkumpulnya para Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) dan mantan pelaku kekerasan yang menjalani masa pembinaan, termasuk WBP tindak pidana terorisme. Dalam beberapa tahun mendatang, WBP terorisme bakal kembali ke masyarakat.

Maka sangat penting mengupayakan agar mereka tidak kembali terjerat dalam
lingkaran ajaran kekerasan atas nama agama. Dalam konteks ini, peran Petugas Lapas sangat signifikan untuk membina WBP terorisme, sehingga kapasitas Petugas perlu terus ditingkatkan.

Bentuk kegiatan adalah Pelatihan Metode Andragogik. Proses pelatihan berlangsung secara dinamis yang dipandu oleh fasilitator: merujuk pada pengalaman peserta, lalu direfleksikan, didiskusikan, yang kemudian melahirkan pengetahuan baru untuk selanjutnya dapat diterapkan dalam kegiatan pembinaan di Lapas. Kegiatan diisi oleh 3 unsur yakni Mantan Terpidana Kasus Terorisme, Petugas Lapas sebagai Wali Narapidana Terorisme, dan Korban Terorisme.

Adapun beberapa materi dalam kegiatan ini yaitu memahami perspektif korban, memahami ideologi dan jaringan terorisme, membangun hubungan dengan WBP, silaturahmi dengan korban terorisme, counter ideologi keagamaan dan penguatan wawasan kebangsaan, belajar dari Tim Perdamaian.

Selanjutnya kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat perspektif korban terorisme di kalangan Petugas Lapas dalam membina WBP, memperkuat kapasitas Petugas Lapas dalam membina WBP terorisme dan memperkaya pemahaman Petugas Lapas dengan materi-materi yang dibutuhkan dalam membina WBP terorisme.

Salah satu Narasumber dalam kegiatan kali ini adalah Prof. Sholahudin sebagai Peneliti Pusat Kajian Terorisme dan Konflik Sosial Universitas Indonesia. Sholahudin menyatakan menyatakan bahwa jika dahulu pendanaan banyak bergantung dari luar negeri sekarang sumber pendanaan sudah bersifat lokal. Salah satunya adalah melalui perampokan.

Target terror pun kini berubah, jika dulu adalah far enemy di mana Warga Negara Asing dan semua fasilitas kepentingan Negara Amerika adalah sasaran target yang disenangi, sekarang aksi terror yang dilakukan lebih bersifat musuh jarak dekat dimana targetnya adalah aparat penegak hukum seperti kepolisian.

(Red)