Festival Asmat Pokman Menjawab Visi & Misi Bupati dan Wakil Bupati Melalui Dinas Pariwisata

BIGNEWS.ID – Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Asmat, Donatus Tamot, S.Pd.,M.Pd, berbincang bersama Kepala Kantor Wilayah Kemenkumham Papua, Anthonius M. Ayorbaba, SH.,M.Si dan awak Humas Kanwil Papua sembari menyeruput kopi pahit pada Penginap 4G Asmat di Jln. Muyu, Agats Kab. Asmat. Selasa (11/10/2022).

Mendengar informasi langsung dari Kadis Pariwisata dan Kebudayaan Asmat, Donatus Tamot berkaitan Festival Budaya Asmat Pokman yang diikuti 590 seniman dan seniwati, yang terdiri dari 200 orang pengukir, 60 orang Pengayam, 180 orang penari dan 30 manuver perahu bermula dari

Donatus Tamot mengatakan, Awal mulai Festival pada Tahun 1981-1991 dengan nama Lomba Ukir, masuk pada tahun 1992 – 2018 dikenal dengan nama Pesta Budaya Asmat hingga pada Tahun 2019 – sekarang dikenal dengan nama Festival Asmat Pokman, Pokman dalam bahasa Asmat dialek Rumlun Bisman, Pok : Karya dan Man (Mban) : tangan, sehingga Pokmam merupakan hasil karya yang merupakan ekspresi budaya dan jati diri Suku Asmat dan suku-suku lokal lain di Negeri Sejuta Sungai, Asmat.

Dijelaskan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Asmat, Donatus Tamot, S.Pd.,M.Pd mengungkapkan Festival Asmat Pokman (FAP) merupakan event tertua di Tanah Papua yang pada 2019 merupakan tahun ke 35 FAP merupakan Program tahunan museum Kebudayaan dan Kemajuan Asmat Keuskupan Agats yang didukung penuh oleh Pemerintah Kabupaten Asmat. Menurut Donatus Tamot FAP menjadi event yang terus mendukung dan memotivasi suku Asmat dan suku-suku lokal lain untuk terus merawat dan melestarikan kearifan Budaya dan jati diri Kabupaten Asmat.

Menurut Kadis Pariwisata, dengan seleksi ukiran yang sangat ketat turun langsung ke distrik-distrik dari kampung dikumpulkan di Distrik, unsur dari Tim seleksi dari Keuskupan, tim museum, dinas pariwisata, budayawan WNA dan fotografer.

Dijelaskan Donatus Kriteria pada seleksi pertama klasifikasi ukiran, ada patung Tradisional, Patung cerita, Patung Besar, berikut dilihat ukiran itu adalah asli original tanoa menggunakan vernis, patah dan dilem, tidak boleh seorang pengukir lebih dari satu, karena sangat besar kemungkinan mengejar besaran uang bukan kualitas.

“Kartu dibawa Tim seleksi untuk pengecekan pemahatan Ukiran, dengan dua nomor yang sama dengan target 200 Ukiran, tiap tahun berbeda,” ungkapnya.

Masyarakat yang lolos seleksi, menurut Donatus diumumkan dengan ketentuan yang ketat harus wajib vaksin dan juga membawa serta kartu yang telah diberikan Tim seleksi, mengungat masih dalam Pandemi Covid.

Lagi dijelaskannya, Kemudian Pemerintah menetapkan tanggal kumpul di Agats tempat diselenggarakan Festival dan selama di Agats biaya akomodasi ditanggung Pemerintah Asmat bagi 200 Orang Seniman yang lolos Verifikasi oleh Tim seleksi.

Dijelaskan Kadis Pariwisata, Juara 1 mendapatkan Uang Pembinaan dari Pemda Kabupaten Asmat sebesar 20 juta dan diseleksi langsung oleh Panitia dengan klasifikasi yang telah ditetapkan dilihat dari tingkat kesulitan dan lainnya.

Menurut Kadis Kegiatan ini diprakarsai Keuskupan dengan hadirnya Gereja Katolik dengan pelayanan Gerrja yang kebanyakan Antropolog dan melihat Asmat memiliki potensi yang luar biasa.

“Nilai-nilai kedamaian, kebersamaan ditumbuhkan melalui Festival ini, sehingga bagaimana karya-karya seniman ini bisa diangkat,” Ungkap Donatus.

Kata dia, dari Pihak Pemerintah memberikan dukungan kepada pihak Gereja, ketika itu Asmat masih bersatu dengan Merauke. Sejak berdiri sendiri Pemerintah kemudian melanjutkan memberikan dukungan kepada Gereja melalui kerja sama Pemerintah dengan Gereja yang dilakukan setiap Tahun, sehingga sudah menjadi satu event, hanya disayangkan belum ada kalender Event yang tetap yang diluruskan dari Jakarta, dan tidak menentukan waktu dengan melihat sikon dan situasi alam di Asmat, Minggu ke 2 pada Bulan itu air akan teduh, sehingga perahu bisa didemonstrasikan.

“FAP Tetap dilaksanakan pada Bulan Oktober Minggu ke 2 hingga 3 hari ke depannya,” Ujarnya

Dinas Pariwisata terus memberikan dukungan kepada Para Pemgukir (Waupit) melalui program dari Dinas Pariwisata dengan program membantu Sarana Prasarana dan mulai dibangun Sanggar Ukir dan Sanggar anyam juga berupa alat ukir.

Sanggar yang dibangun sejak Tahun 2008 sampai dengan sekarang berjumlah 52 Sanggar, Home stay dan Pasar Seni, dan kedepan akan mengembangkan Desa Wisata dari 11 Distrik di Tahun 2023.

Hal lain juga yang menjadi terobosan Dinas Pariwisata yaitu mengupayakan bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Bea Cukai untuk menjual ukiran tersebut ke luar Negeri, dengan tantangan yang cukup luar biasa.

Selain itu juga memberikan Pelatihan dan Sosialisasi, agar ukiran itu benar-benar dijaga dan dilestarikan oleh Masyarakat.

Kata Donatus Tamot, Untuk menjaga kelestarian Budaya Festival Asmat terus berlanjut maka didirikan SMK dengan jurusan Seni ukir sejak 2018 lalu, anak-anak ini sudah dikirim belajar di Jogjakarta dan membuat ukiran dengan menggunakan mesin bukan tangan, sekitar 20 Siswa dari Asmat.

Ia merasa bersyukur Kementerian Hukum dan HAM Papua hadir untuk membantu dan kami bersyukur mengapresiasi Kakanwil Papua, Anthonius dan Jajaran dengan Pendaftaran Hak Cipta dan hadir pada Festival untuk memberikan pencatatan dan Pendaftaran Hak Cipta.

Hal ini dilakukan guna melindungi Karya Intelektual Masyarakat di suku Asmat. Perlahan menyeruput kopi dan berpamitan bersama Kakanwil untuk kegiatan lanjutan Festival Asmat.

(Red)