Bertemu Uskup Agats Kakanwil Dorong Festival Asmat Pokman Go Internasional Dengan Pencatatan Pendaftaran

BIGNEWS.ID – Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) Papua, Anthonius M. Ayorbaba, SH.,M.Si bertemu Uskup Keuskupan Agats, Mgr. Aloysius Murwito, OFM di Pendopo Keusukupan Agats, JL Jend A Yani, Bis Agats, Distrik Agats, Kabupaten Asmat, Papua

Kehadiran Kakanwil Papua didampingi oleh Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya, Donatus Tamot, Kepala Dinas Perindagkop Kab. Asmat, Melianus Jitmau dan staf JFT dari Jajaran Kanwil Papua.

Kehadiran Kakanwil Papua bertemu Uskup Keuskupan Agats membangun diskusi berkaitan dengan Pentingnya Pencatatan dan Pendaftaran Hak Kekayaan Intelektual untuk melindungi Hasil Karya Masyarakat yang sangat unik dan luar biasa.

Mgr. Aloysius Murwito, OFM kepada Kakanwil mengisahkan perjuangan awal diselenggarakan Pesta Budaya Asmat. Uskup Murwito mengatakan, Perubahan itu terjadi juga di Asmat. Pada tahun 1965, tidak lama setelah konsili Vatikan II selesai, para Pastor yang bertugas di Asmat mulai memelajari hasil-hasil konsili. Di situlah, Uskup Alfons Suwada dan temannya menaruh perhatian terhadap budaya Asmat karena mengalir dari inspirasi konsili Vatikan II. Gereja diajak untuk menaruh perhatian di dalam Gereja.

Ini tidak mengurangi misi Gereja mewartakan Injil. Sekalipun di luar Gereja ada keselamatan. Injil tetap diwartakan kepada setiap orang, tetapi bukan dengan menolak dan menutup mata terhadap kehadiran masyarakat setempat dengan budayanya, sebaliknya membuka mata dan hati dan mau belajar dari budaya setempat,” tegas Uskup Alo.

“Kita melihat bahwa para misionaris awal betapa besar perhatian mereka terhadap budaya setempat. Kita bisa menyebutkan sejumlah orang seperti, Mgr. Alfons Suwada (magister Antropologi), Pastor Stren, Pastor Pit Darus, termasuk misionaris yang ada di Keuskupan Jayapura, Pastor Herman Peters, Pastor Alfons van Nunen dan para misionaris di Merauke yang berhasil menulis kamus bahasa setempat.

“Ada juga Pastor Bob dan Pastor Vince di Asmat yang begitu besar menaruh perhatian terhadap budaya. Semua itu dilakukan supaya Injil yang kita wartakan, nilai-nilai injili itu bisa sungguh sampai kepada masyarakat. Injil diwartakan melalui dan di dalam budaya setempat. Gereja tidak terasing dengan masyarakat. Gereja mewartakan Injil kepada masyarakat yang  memiliki budaya tertentu,” tegas Uskup yang ditahbiskan untuk menggembalakan umat Allah di Keuskupan Agats pada tahun 2002 silam ini.

Uskup Alo menjelaskan bahwa Gereja sejak awal mula dan sekarang didukung oleh pemerintah melestarikan pesta-pesta seperti pesta budaya yang menampilkan seni ukir yang tahun ini memasuki usia ke ke-33 tahun. Ia menambahkan bahwa pesta budaya merupakan ungkapan perhatian dan keinginan Gereja yang menaruh hati untuk tetap menghargai budaya masyarakat setempat.

“Dalam musyawarah pastoral tahun 2007, kami menyadari bahwa pelayanan kami acapkali tidak kontekstual. Pelayanan kegembalaan kami, baik di Agats maupun di kampung-kampung tidak kontekstual. Petugas-petugas pastoral diajak untuk menyelami budaya setempat. Kalau belajar bahasa sampai sekarang tidak berhasil, minimal harus bisa membuka diri, apa yang sesungguhnya terjadi di dalam kehidupan dan hati umat supaya pesan yang kita sampaikan bisa sampai kepada hati umat dan tidak terjadi kesalahpahaman.

“Kita merasa sukses dan berhasil tapi dalam kenyataannya belum tentu karena tidak sampai mendarat pada pikiran dan hati umat,” tugas Uskup Alo.

Untuk memperkuat tim pastoral Keuskupan Agats dalam memberikan pelayanan kepada orang Asmat Uskup mengatakan bahwa pihaknya setiap tahun menyelenggarakan hari-hari studi khusus budaya Asmat.

“Kami memiliki program tahunan yang dikenal sebagai ‘studi bersama’ yang berhubungan dengan adat-istiadat. Kami alokasikan waktu satu tahun satu kali. Seluruh petugas pastoral hadir dan mempelajari pokok tertentu yang berkaitan dengan pewartaan Injil di tanah Asmat yang melibatkan unsur budaya dan Injil,” ungkapnya.

Pada Akhir kunjungan Uskup Aloysius Murwito, OFM menyerahkan secara langsung Buku Budaya Asmat yang mengisahkan perjalanan Panjang gelatan Acara Akbar yang kini dikemas dengan nama Festival Asmat Pokman.

Kakanwil Papua, Anthonius M. Ayorbaba pun siap dan berkomitmen bersama jajaran akan segera memproses Pencatatan dan Pendafataran Hak Cipta Ukiran dan anyaman yang ada di Museum Asmat.

(Red)